HIDUPKU DI TANAH BORNEO Karya : Letter MA

 

BAB I

DI UTARA RUMAHKU

Perjalanan kehidupan tak seorangpun tau apa yang akan terjadi, seakan semua hilang begitu saja, pepatah lama kini hanya sebuah harapan saja. Sebab, kini harapan tidak lagi seindah mimpi remaja utara. Pada musim semi alam akn bercerita tentang keindahannya di setiap cahaya pagi yang membuka ruang gelap gulita peninggalan malam, daun hijau yang sejuk terus terpancar menempiaskan cahaya dari timur ke utara. Pohon madu, hutan tropis dan sungai yang asik dengan Irama arus yang mengajak segenap kehidupan air untuk menari dalam sejuknya muara Utara dibawah kaki gunung Rian yang memercikkan butiran airnya membasahi dedauann pohon-pohon hutan tropis yang memperindah lekuk tubuhnya di sepanjang garis khatulistiwa.

 

Pasti banyak sudah cerita yang pernah kalian dengar tentang keindahan alam di sisi barat, timur dan selatan, yang menceritakan sejuta keindahannya, tapi, kalian juga harus tau dong, keindahan alam di utara, tempat satwa klaimantan berkembang biak, kala kita berada di utara, dihutan tropisnya kita akan menemukan beragam satwa liar baik yang dilindungi maupun yang tidak lindung, seperti, bekantan si monyet hidung panjang yang selalu mengarung pesisir sungai di selurh wilayah Utara kalimnatan, si  beruang madu yang berlari kencang ketika berjumpa dengan manusia, dan sesekali kita menjumpainya memanjakanlebah hutan di pohon mengeris tempat sang ratu lebah mendirikan istananya. Si rambut merah yang selalu bergelantungan di sepanjang jalur sungai diantara pohon-pohon  dan mangrove seakan menyapa pada setiap yang lewat menyusuri sungai diutara.

 

Belum lagi si kulit tebal yang sekarang sudah mulai jarang ditemuan di bibir sungai, pasti dong kalian tau siapa dia. Hewan ini merupakan penguasa muara, dia sering bertengker diantara batang dan pohon nipa menunggu mangsanya untuk dilahap. Saying belakangan ini Buaya Muara sudah jarang menampakkan dirinya dia lebih banyak bermigrasi kedaerah lain yang jauh dari kehidupan tangan-tangan besi. Di utara juga kita kan banyak menemukan jenis ikan yang mungkin tidak pernah kalian temukan di daerah lain, seperti Ikan Pesut yang sudah mulai mengalami kepunahan, kini jumlah ikan Pesut atau Lumba-lumba air tawar ini mulai jarang menampakkan dirinya di punggung sungai Sesayap, menurut data yang ada di Badan Taman Nasional Kayan Mentarang mengalami kepunahan. Dimana pada yahun 2008-2009 ditemukan habitat ikan pesut sekitar 30 ekor yang mendiami sungai Sesayap, namun, saying seribu saying kini habitat ini mulai berkurang seiring terjadinya perusakan ekosistem air sungai.

 

Bukan hanya itu saja, selain hewani dan binatang mamalia yang menghidupi sudut utara ini, disepanjang sungai kita akan menemukan rumah yang terapung di atas aliran sungai, dimana tempat ini bisanya diguakan untuk menangkap ikan atau udang di utara bagian ini disebut tugu. Selain tugu kita juga akan dimanjakan oleh pemandangan yang indah menghiasi sungai, salah satu alat tangkap ikan yang sudah ada sejak legenda di utara ini dimulai yaitu kelong. Yang terbuat dari tiang kayu di tancapkan di sepanjang bibir sungai dimana kianggap memiliki banyak habitat udang dan ikan. Dulu kelong ini di buat dari akar kayu dan rotan serta bamboo, kita dengan berkembangnya teknologi dan kemahir manusia para pengrajin kelong beralih kejaring atau pukat untuk bahan dasar perangkap ikannya.

 

Di Utara tempatn aku berdiam terbagi menjadi dua kehidupan atau wilayah, salah satunya yaitu kehidupan di tepi sungai yang mayoritas didiam oleh salah satu suku yaitu Suku Tidung sedangkan suku yang mendiami hutan yaitu suku Dayak. Berdasarkan tempat tinggal ini juga yang membedakan dua suku ini, dimana mayoritas suku yang berdomisili di tepi sungai beragama islam dan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan petani, sdangkan suku dayak yang mendiami hutan beragama nasrani dan pekerjaan mereka sebagai pemburu hewan dan bertani. Disanalah rumahku berada, sebuah tempat yang terpencil dari keramaian warga, dimana semuanya indah dan nyaman, setiap pagi menjemput kehangatan dan kemerduan suara pepohonan dan burung-burung yang berkicau dengan lagu-lagu kebanggaannya, seakan mengambarkan kehidupan surge di dunia ini. Udara yang sejuk akan terasa di bawah telapak kaki ketika kita melangkahkan kaki di antara ranting dan pohon-pohon yang tumbang akibat terpaan angin.

 

Belum lagi, kita akan dimanjakan oleh pohon-pohon hutan tropis yang sejuk dan menyimpan sejuta manfaat. Pada musimnya pohon-pohon di utara ini akan menyediakan berbagai jenis buah yang mungkin dan bahkan tidak dimiliki oleh wilayah lain. Seperti pohon elai, dian, rambai, cempedak, buah Lapiu, dan masih banyak lagi buah yang disediakan di Utara ini. Pada musim kemarau kita akan di hadapkan pada pembukaan hutan tempat berladang, berburu dan memanen madu hutan. Inilah rumahku yang sesungguhnya, tempat kami beradu nasib dan tempat kami mengantungkan asap dapur masayarakat kami. Seakan hampa kehidupan dan kedaiman kami di Utara ini kala semuanya harus di ramaps oleh mereka yang tak bertanggungjawab. Di utara tempatku berdiam ini menyimpan sejuta mimpi dan sejuta harapan anak-anak pencinta sungai dan hutan. Mengharapak kehidupan asri ini terus terjaga oleh waktu di kehidupan akan datang. Sebab kelak kita akan mersakan sepi yang tiada putusnya kala suar burung dan memercik air sungai yang mulai pudar di teliga kita.

 

Selain kehidupan alam, diutara ini rumah-rumah yang didiami oleh suku-sukunya memiliki keunikan tersendiri. Pada masa lampau, rumah di utara ini dibuat atau didrikan tinggi dari dasar tana, konon untuk menghindari binatang buas, sedangkan pada sisi lainnya di tengah hutan rumah suku dayak ini dibuat dengan bentuk memanjang dan diberi nama rumah panjang. Rumah panjang ini memilki keunikan dimana atapnya selain tebuat dari kulit kayu dan daun nipah, juga dapat diangkat sehingga menjadi pentilasi udara atau jendela. Seiring waktu dan perubahan kini rumah panjang atau sekarang disebut rumah adat dayak ini mengalami perubahan pembuatan dan pemanfaatan, dulu rumah ini merupakan tempat tinggal sebuah keluarga kini rumah panjang hanya diguankan untuk kegiatan adat saja dan bahan yang digunakan untuk atap juga mengalami perubahan dengan menggunakan seng.

 

Diutara inilah kehidupan kami dimulai dan tempat kami beradu nasib berdiam dan berkembang biak dengan segala senyuman alam. Bukan itu saja di utara pula awal sejarah kehidupan nenek moyang kami di mulai. Berbagai cerita sejarah baik dogeng pembawa timur samapai kisash-kisah yang turun temurun di tuturkan oleh tetua kami. Seakan kami kembali dimasa lalu, apabila kami diceritan tentang kisah dan perjuangan nenek moyang kami, seperti kisah Yaki Bentawal, yang menceritakn kesaktian seorang pendekar dan pohon kehidupan yang konon dahulu jika ingin menjadi awet muda dan umur panjang cukup dengan mandir dibawah pohon kehidupan yang ada di kampong menjelutung di antara sungai sesayap, namunkarena kesombongan dan rasa iri serta tidak bersyukurnya masa iotu akhirnya kampong ini ditenggelamkan dan tersebarlah cerita tentang putri benayuk dan kampong tengelam di dasar Sungai Sesayap.

 

Bukan itu saja jika kita bergeser di utara lagi ada kisah tentang telur pecah dan bamboo yang merupakan asal muasal masyarakat Tidung di  utara ini. Lain lagi jika berbicara tentang panglima perang suku dayak yang terkenal namanya sampai hari yaitu, panglima Burtung dan seluruh ketenarannya. Ini bukan cerita saja yang menghiasi rumahku di Utara, karena masih banyak cerita yang tak terlihat dianatar pepohonan dan ranting patah. Belum lagi pulau-pulau yang membentang di antara gusung dan muara. Menambah keindahan alam di kediamanku. Jika kita lebih kedalam hutan lagi kita akan menjumpai keberkahan lainnya seperti kayu bajaka, bunga angrek hutan, gadis cantik Rafflesia, dan kumtum-kumtun kelopak bunga hutan lainnya yang menambah keindahan warga hutan tropis di utara.

 

Inilah alamku yang ada diutara. Tersimpan sejuta kemakmuran dan keindahan, kalau kita mengali lebih dalam lagi tentang hutan di Utara, kita akan dihadapkan pada Sumber Daya Alam yang ttidak kalah berharganya dengan wilayah di Selatan, barat dan Timur. Diantaranya Batu bara atau yang sering disebut Emas Hitam ini sudah sangat terkenal di manca Negara apalagi di Negara kita sendiri. Minyak Bumi yang menjadi penunjang ekonomi Masa perang dunia ke-II, emas murni di antara gunung-gunung seakan memanggil-manggil penghuni hutan untuk emnjaganya sebab ia mulai ditemukan kaum-kaum serakah. Aku bukan maksud mencela apalagi menceritakan keburukan, hanya saja kami semakin terpuruk diantara hutan tropis ini. Yang setiap harinya semakin terkuras oleh mereka.

 

Berbagai cerita sudah kita lewati, pahit manis dan senang dan fuka menjadi aroma sedap penghias masakan khas di rumahku. Aku semakin semnagt ni, jika berbicara makanan, sebab kami besar dan tumbuh diantara rumput dan anak kayu. Jadi, kalau berbicara tentang kenikmatan alam yang digunakan untuk ekbutuhan keluarga girang rasanya hati ini. Di utara kami biasanya masak sayur daun singkong atau dalam bahasa kami diutara daun Sabay. Cara masaknya juga unik sebab, daunya di tumbuk menjadi agak halus dan dicampur dengan jantung pisang kemudian ditumis, biasanya jika nelayan balik dari sungai mereka mencampurkan udang kedalamnya. Pasti udang kering dong yang paling nikmat. Ah…aku jadi ngiler dech. Udang galah yang menghiasai sungai kami diutara ini juga menjadoi andalan loh…bahkan udang kami ini diekspor keluar negeri tetangga. Tapi ada kesedihan saat ini jika kita bercerita tentang udang, sebab kerusakan hutan yang di lakukan oleh tangan-tangan besi membuat kepunahan habitatnya di sepanjang sungai Sesayap dan sungai Kayan.

 

Sehingga saat ini, kita akan sangat kesusahan untuk mencicip udang galah ini lagi. Lalu, ada makanan yang harus aku sampaikan di sini. Buah perenggat. Yaitu yang sering disebut masyarakatku di Utara, kalau ditempat lain buah ini disebut buah mangrove. Buah ini tak boleh ketinggal kalau kita berbicara makanan di rumah ku. Sebab ini merupakan makan kesukaan kami di utara ini. Selain rasanya yang asam dan berbiji ini menyimpan sejuta kenikmatan di dalamnya. Biasanya buah ini dijadikan asam sambel dan asam buat masak ikan dan udang dan masih banyak lagi makanan di utara ini. Di utara ini juga masih tersimpan sejuta sejarah dan tradisi, kalau berbicara budaya dan tradisi dirumahku ini juga punya cerita, di suku tidung jika ada kegiatan adat, biasanya dilakukan di tempat terbuka atau dipanggung dan yang menjadi andalan kami ketika ada acara adat biasanya kami melakukan tari japing massal dan kegiatan tradisi adat lainnya. Aku juga masih penasaran darimana adat ini bersal apakah dari luar atau memang hadir begitu saja di utara ini. Atau mungkindi pengaruhi oleh kerajaan melayu yang ada di kesultanan Bulongan ini.

 

Ini dilakukan oleh suku tidung pesisir, berbeda pula dengan suku dayak yang di pedalaman atau di daratan. Ketika acara adat tiba, mereka biasnaya melakukan acara di rumah panjang atau rumah adat dayak. Berbagai makan hidangan di sajikan, termasuk minuman pengasih yang merupakan minuman khas dayak di utara ini. Kemudian kita akan di perdengarkan dengan alunan suara Gong yang membela keheningan malam ketika dimainkan oleh tetua adat dayak. Ini menggambarkan akan kerukunan kami di utara ini. Rasa saling menghargai dan saling menghormati adat istiada dan satu suku dengan suku lainnya membuat kami dalam damai sehening pepohonan di malam hari. Ini bukan cerita belaka, banyak kabar memang yang sampai di luar sana tentang keganasan suku kami di utara ini. Itu bukan terjadi tanpa sebab dan alasan.

 

Banyak factor yang mempengaruhi hak tersbut, bias saja kami sudah muak dan bosan dengan tingkah laku kaum borjuis yang senaknya saja menjarah hasil hutan kami di utara, atau bias saj mereka mengusik kediaman kami hidup di utara ini. Ketika kita masuk kedalam sub suku dan kehidupan kami diutara. Akan ditemukan kedamaian dan rasa keluarga yang sangat erat antara sesame dan juga alam semesta di utara ini. Seakan-akan hari-hari yang kelam dimasa lampau akan hilang dan sirna ditelan kebahagian dan kesejukan alam hutan tropis kami di Utara ini. Bukan itu saja, jika kita sudah masuk kedalam kebiasaan masyarakat kami diutara. Kita akan mendapatkan perlakuan yang sama dalam kehidupan sosialnya. Itulah cerita di antara rumah dan hutan di utara. Lalu apakah ini mebuat kami terisolir atau ketinggalan, tidak kami saat ini sudah mulai mau dan berkembang mengikuti kemajuan teknologi. Dan kami akan terus berkembang mengcapai impian membangun rumah kami di utara.

 

Diutara ini tersimpan sejuta cerita, yang belum di ekspos keluar, semua masih tgersimpan rapi dan awet di tumpukan gunung batu dan hutan tropis yang di selimut dedauan dan lumut hijau sebagai penjaga keabadian. Ini bukan tak ditemukan tapi ini untuk menjaga keberlangsungan peninggalan nenek moyang kami diutara. Cerita ini bukan tidak mau di ekspos, hanya untuk menjaganya saja, agar tak lekang di hujan dan tak lapuk di hujan. Sebab, jika ini sirna dan hilang maka kehidupan dan rumah kami diutara juga akan sirna di telan masa.

 

Seperti tradisi kematian, tradisi perkawinan, tradisi pindah rumah, tradisi bercocok tanam, dan masih banyak lagi cerita unik lainnya. Inilah keunikan dari rumah kami diutara. Walaupun sering dilanda bencana alam yang dibuat oleh mereka, seperti banjir di sembakun, pencemaran sungai di hulu malinau, longsor di tambang batu bara, dan longsor di tambang emas tak menyurutkan semangat kami untuk terus bangkit. Sebab, kami masih in tetap hidup dan diam di Utara ini. Kami akn terus berupaya menjalankan semua kemampuan dan roda kehidupan kami guna keberlangsungan anak cucu kami kelak. Hanya pesan saja yang ingin kami sampaikan jangan rusak tanha kami dan hutan kami di Utara, sebab di sanalah tempat kami bernaung dan berteduh mencari sesuap nasi dan penghidupan. Kelak jika kami bias menjadikan semua ini abadi di antara cerita hikayat yang tersohor itu. Kami akan bahagia dialam sana kelak. Sebab melihat anak cucu kami bahagia. Kami memohon jagan rampas kehidupan kami. Sebab di utara ini Hutan dan sungai serta alam yang asri adalah kehidupan kami.


***Bersambung........

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SINOPSIS ANAK PERAWAN DISARANG PENYAMUN

Asiknya Belajar dan main di TBM-Rumah Baca Taka