SURAT UNTUK PEMUDA INDONESIA
Selamat malam pemuda Indonesia, selamat malam para pencinta perubahan. Mungkin malam ini adalah malam dimana kita duduk bersama, terjaga pada tanah yang sama, dan mendongak menatap langit yang sama. Bolehlah Isi kepala kita merenungkan hal berbeda, namun hati kita penuh dengan kegelisahan yang sama, gelisah akan keadaan, gelisah pada kebenaran yang tak kunjung bertahta pada pucuk kekuasaan.
Kawanku, pemudi pemuda Indonesia yang sedang gelisah. Kita dilahirkan oleh jaman yang sama, mungkin hanya sedikit tahun memisahkan kita. Kita tumbuh dalam rentang generasi yang sama, generasi dimana parlemen dipenuhi dengan bahasa sampah, “ikan teri” “ikan piranha” dan banyak lagi bahasa murahan lainnya. Kita bahkan sulit sekali menemukan mereka menangis bersama, ketika rakyat sedang bersusah hati. Kita lebih sering menemukan mereka tertawa bersama, ketika uang Negara dicuri oleh kerabat dekat mereka sendiri. Kita lalu kadang disibukkan oleh berjuta beban yang seolah-olah adalah urusan kita. Kita sibuk dengan issue-issue yang dihembuskan oleh mereka dan memancing kemarahan kita. Kita adalah anak-anak muda yang kemudian dipaksa menjadi orang tua bagi adik-adik kita sendiri, kita dipaksa menyelamatkan generasi dibawah kita, karena orang-orang tua itu tak lagi peduli, generasi berikut akan karam di dasar samudera atau tidak. Mereka lebih sibuk merencanakan sesuatu, yang di masa depan akan mereka khianati sendiri, lalu generasi kita dikutuk-kutuk jika tidak ikut dalam baris jejak langkah mereka. Generasi itu menuntut kita menjadi sama dengan mereka.
Kawanku, ini adalah jaman dimana kesusahan orang lain bisa menjadi sumber kebahagiaan yang lainnya. Kita lalu terjebak pada kondisi dimana setiap orang saling mencurigai orang lainnya. Kita hanya bertemu dengan orang-orang yang akan membawa keuntungan bagi masa depan kita. Lalu meninggalkan mereka yang kemungkinan tidak memberi kontribusi pada nasib kita. Kita hidup tanpa bimbingan cinta kasih manusia. Padahal cinta adalah hal utama yang menjadi kodrat kemanusiaan kita. Kita hidup dalam jaman yang garing tanpa cinta. Padahal hanya cintalah yang membedakan kita dengan binatang dan tumbuhan. Cinta adalah sumber kebahagiaan yang tak bisa dipertukarkan dengan apapun yang ada di muka bumi. Cinta adalah rem pembijak ditengah kondisi manusia yang saling memangsa atas nama kekuasaan dan uang. Kita kini lalu dipaksa melaju diatas jalan terjal tanpa rem pembijak. Taruhannya pasti, jatuh ke jurang bersama generasi sebelumnya, atau memilih untuk mengambil jalan lain menuju masa depan kita sendiri. Cinta adalah kesungguhan, dimana kehidupan kita pupuk dan tumbuhkan bersama adik-adik kita, para pemilik masa depan bangsa.
Kawanku, pemudi-pemuda Indonesia yang sedang bingung memandang masa depan. Kita kini sedang dipertontonkan keadaan yang carut marut, jutaan orang antre membeli BBM, sementara di Jakarta sebagian orang panik karena harga BBM sebentar lagi akan dinaikkan. Ini keadaan yang membingungkan, membeli mobil, tapi lupa pada konsekuensi membeli BBM. Mungkin kalian menuduh saya pro SBY, Presiden yang menaikkan harga BBM. Kalian salah, tentu saya tidak menyukai dia, SBY bukan sosok pemimpin yang harus diteladani, dia adalah contoh masa depan kita yang suram, SBY sedang menyiapkan jurang kehancuran bagi bangsa kita. Elit-elit itu, tak satupun yang bisa memberi keteladanan, mereka terlalu sibuk menyiapkan kejahatan untuk menghancurkan kegembiraan kita. Marilah mencari keteladanan kita sendiri, berkaca pada beberapa orang disamping kita, generasi kita sendiri. Mereka sedang sibuk membuat film independen, mereka hidup dalam baris-baris alamat di internet, mereka sedang marah dalam musik-musik yang menentang hegemoni kekuasaan. Film dan musik mereka telah memberikan makna perlawanan. Gerakan mereka telah menghembuskan harapan akan masa depan yang lebih cerah. Jejak langkah mereka telah meyakinkan kita, bahwa kata “perubahan” masih belum dihapuskan dalam kamus besar bahasa Indonesia.
Kawanku, pemudi-pemuda Indonesia yang berjibaku dalam jaman edan. Inilah sialnya hidup ditengah bangsa yang sedang frustrasi. Seluruh beban lalu diletakkan dipundakmu, seluruh prestasimu diambil alih oleh penghargaan yang disematkan oleh elit, yang sebelumnya menghalang-halangi dan menganggap remeh apa yang sedang kalian kerjakan. Karya kalian ingin direduksi menjadi piala-piala dalam perayaan yang mereka ciptakan untuk kepentingan mereka sendiri. Kegembiraan dan kemerdekaan kalian, hendak mereka penjarakan dalam instansi-instansi feodal yang mereka ciptakan untuk membatasi kalian terlalu jauh berekspresi. Kami mungkin lebih beruntung, karena kami punya Bang Surya Paloh, yang senantiasa memberikan kesempatan luas bagi kami yang muda, emosional dan miskin pengalaman, untuk senantiasa mengembangkan diri. Kami juga punya Pak Manila, orang tua yang senantiasa menggetarkan kami dengan api semangatnya yang tak kunjung padam.
Kawanku, pemudi-pemuda Indonesia yang merdeka dan progresif. Berhentilah mengutuk keadaan, saatnya kita melanjutkan apa yang telah kita mulai. Melanjutkan apa yang telah dimulai oleh kawan-kawan kita yang lain. Bolehlah kita sejenak frustrasi atas kondisi hari ini, tapi besok adalah waktu yang tepat untuk kembali bangkit. Kita tahu bahwa sebagian kawan kita kini sedang berjuang untuk idealisme yang mereka yakini, sebagian lagi sedang memproduksi kemarahan mereka menjadi karya yang tak terkira nilainya. Ada juga kawan kita yang terjun ke dalam dunia politik. Ada yang berhasil dan ada yang gagal. Persoalannya, kegagalan kita lalu hendak dicap sebagai keboborokan generasi kita, mereka menuduh kita melupakan cita-cita revolusi 1945.
Kawanku, kegagalan mereka adalah kegagalan kita. Keberhasilan mereka adalah keberhasilan kita. Kita butuh kemenangan-kemenangan kecil yang memberi arti pada harapan kita. Malam ini kita sedang berziarah, berziarah pada masa lalu kita yang kelabu. Masa dimana kita dididik oleh dinding-dining pendidikan yang konservatif dan ahistoris. Ziarah kita malam ini, seharusnya merupakan refleksi kita atas keadaan, lalu menyongsong fajar esok hari dengan optimisme dan kesiapan diri untuk bertempur. Jika tidak, maka ziarah kita pada malam ini, bukan lagi ziarah tentang satu masa dimana kita telah menolak menjadi sama dengan generasi sebelum kita. Kita seperti berziarah ke masa depan, ke makam kita sendiri, dimana kita beristirahat ditengah caci maki kaum sebelumnya dan juga adik-adik kita.
Kawan-kawanku, seluruh pemudi-pemuda Indonesia. Seluruh kita berawal dari kata, kata yang memberi arti pada kehidupan kita. Berhentilah mengutuk gelap, mari nyalakan lilin semangat kita, yang tak akan padam ditiup jaman. Kita adalah kepribadian, dan harga kita adalah kehormatan kita. Tinggalkan hari-hari yang telah porak-poranda. Gandeng kawan sejalan, bangun solidaritas pemuda Indonesia. Songsong matahari esok hari dengan berkata: kita adalah anak-anak sejarah, yang akan melahirkan jaman baru, jaman perubahan. Kitalah yang paling mengerti, bagaimana meproduksi revolusi kita sendiri. Semoga Tuhan menepati janjiNa, selalu bersama anak-anak muda yang jujur dan berani.
Dari saudaramu, sahabat seperjuangan,Pergerakan Mahasiswa islam Indonesia
Tarakan, 22 november 2012
Komentar
Posting Komentar