MAKALAH TERUMBUH KARANG
PERSEBARAN, TEMPAT HIDUPAN DAN JENIS TERUMBU KARANG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan gagasan kreatif yang
disusun secara komprehensif dan menggunakan data akurat (terpercaya), analisis
secara runtut, tajam dan diakhiri dengan kesimpulan yang relevan. Adapun maksud
serta tujuan tim penyusun melakukan studi pustaka ini antara lain:
1. Mempertemukan
ilmu yang tim penyusun peroleh di
perkuliahan yang lebih banyak bersifat teori dan memiliki korelasi
dengan kenyataan kehidupan di masyarakat.
2. Untuk
lebih mengetahui dan memahami ekosistem terumbu karang.
3. Agar
dapat melestarikan terumbu karang.
B.
Batasan masalah
Pada
makalah ini kami hanya akan membahas ekosistem terumbu karang di Indonesia.
C.
Rumusan Masalah
1. Apa
itu terumbu karang?
2. Apa
saja jenis dari terumbu karang?
3. Apa
saja yang menghuni terumbu karang?
4. Apa
manfaat dari terumbu karang?
5. Apa
faktor yang mempengaruhi perkembangan ekosistem terumbu karang?
6. Apa
faktor yang dapat merusak terumbu karang?
7. Bagaimana
cara melestarikan terumbu karang?
D.
Tujuan Pemilihan Judul
Tujuan
pemilihan judul adalah untuk mengadakan pemilihan judul dalam penulisan makalah
ini, adapun tujuan sebagai berikut :.
1. Mengetahui
bagaimana ekosistem terumbu karang.
2. Mengetahui
manfaat terumbu karang.
3. Menambah
pengetahuan dan perkembangan daya pikir tim penyusun dalam menulis makalah ini.
4. Menunjukkan
faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ekosistem terumbu karang.
E.
Manfaat Penelitian
Studi
pustaka di atas diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi tim penyusun untuk
mengetahui ekosistem terumbu karang.
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada tim penyusun atas tersusunnya makalah ini dengan judul
“EKOSISTEM TERUMBU KARANG“ yang
sederhana ini.
Sebelum
tim penyusun menjabarkan tentang makalah ini yang bertema “EKOSISTEM TERUMBU
KARANG“ maka perkenankanlah tim penyusun
menyampaikan terima kasih pada :
1.
Bapak Muhammad Amien selaku pembimbing
dan pengajar dalam mata kuliah Ekologi Laut Tropis yang selalu memberi
bimbingan dalam rangka pembuatan makalah ini.
2.
Kedua orang tua tim penyusun yang
senantiasa memberikan dorongan dan doa.
3.
Rekan – rekan yang tidak bisa tim
penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu tim penyusun demi kelancaran
penyusunan makalah ini.
Atas
jasa rekan – rekan semoga mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Tim penyusun
yakin bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat tim penyusun
harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi tim penyusun dan pembaca.
Tarakan,
31 Mei 2011
Tim Penyususn
|
ii
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul............................................................................................. …......... i
Kata
Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar
isi.................................................................................................................. iii
Bab I PENDAHULUAN ………………………………………...………1
a.Latar Belakang masalah...................................................................... 1
b.Batasan masalah................................................................................ 1
c.Rumusan masalah............................................................................... 1
d.Tujuan penelitian................................................................................. 2
e.Manfaat penelitian............................................................................... 2
Bab II EKOSISTEM TERUMBU KARANG ..……………………….....………..3
A.
Pengertian Terumbu Karang.............................................................. 3
B.
Tipe Terumbu Karang ................................................................... 8-9
C.
Spesies Terumbu Karang dan Klasifikasinya............................... 10-11
D.
Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan
Ekosistem
terumbu karang............................................................... 11-14
E.
Penghuni Terumbu karang
F.
Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
G.
Faktor-Faktor yang Merusak Terumbu
Karang
H.
Cara Melestarikan Terumbu Karang
I.
Metodologi Pengambilan Sampel Terumbu
Karang
Bab III PENUTUP ….……………………………………………………18
A.Kesimpulan
.................................................................................... 18
B.Saran
............................................................................................. 18
Daftar
Pustaka ..................................................................................................... 19
iii
BAB II
PEMBAHASAN
EKOSISTEM TERUMBU KARANG
A.
Pengertian Terumbu karang
Terumbu karang adalah karang yang
terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip
yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae.
Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem
ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem
yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar
21-30C.
Polip
karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang
dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk
membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat
lembut.
Zooxanthellae
adalah alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang batu.
Zooxanthelae dan karang memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan.
Zooxanthellae menyediakan makanan untuk polip karang melalui proses
memasak yang disebut fotosintesis, sedangkan polip karang menyediakan tempat
tinggal yang aman dan terlindung untuk zooxanthellae
B.
Tipe – Tipe Terumbu Karang
Berdasarkan bentuk dan hubungan
perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga
klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas
dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah:
1. Terumbu karang tepi (fringing
reefs)
Terumbu karang tepi atau karang
penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar.
Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan
ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini
berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian
endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan
terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan
(Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang
(barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada
jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan
dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon
(kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.
Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan
membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier
Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi
Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin
yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak
terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin
merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman
rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua
(Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)
Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang,
yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan
terumbu karang cincin (kanan).
Namun demikian, tidak semua terumbu
karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga
tipe di atas. Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:
4. Terumbu karang datar/Gosong
terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs),
terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini
tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis,
membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang
secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh:
Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
C.
Spesies terumbu karang dan
klasifikasinya
a. Acropora
cervicornis
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo :
Scleractinia
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora
cervicornis
Acropora cervicornis
Kedalaman : Karang
ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna : Coklat muda.
Kemiripan : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman.
Habitat : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna : Coklat muda.
Kemiripan : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman.
Habitat : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
b. Acropora acuminata
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora acuminata
Acropora acuminata
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna :Birumuda atau coklat.
Kemiripan : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Ciri-ciri : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna :Birumuda atau coklat.
Kemiripan : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat :
Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.
c. Acropora micropthalma
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora micropthalma
Acropora micropthalma
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna : Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.
Ciri-ciri : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna : Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.
Habitat :
Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.
4. Acropora millepora
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family
: Acroporidae
Genus
:
Acropora
Spesies
: Acropora
millepora
Acropora millepora
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna : Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.
Ciri-ciri : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna : Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.
Habitat :
Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
5. Acropora palmate
Kingdom : Animalia
Phylum
: Cnidaria
Class
: Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
Family
: Acroporidae
Genus
: Acropora
Spesies
: Acropora palmate
Acropora palmatae
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 5-20 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk cabang besar menyerupai tanduk rusa.
Warna : Umumnya berwarna coklat muda
sampai coklat kekuningan.
Distribusi : Tersebar di Perairan Indonesia, Karibia, dan Bahama.
Habitat :
Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.
6. Acropora hyacinthus
Kingdom : Animalia
Phylum :
Cnidaria
Class
: Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
Family
: Acroporidae
Genus
: Acropora
Spesies
: Acropora hyacinthus
Acropora hyacinthus
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 15-35 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus di permukaan.
Warna : Coklat, hijau, merah muda.
Distribusi : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat : Umumnya di lereng karang.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus di permukaan.
Warna : Coklat, hijau, merah muda.
Distribusi : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat : Umumnya di lereng karang.
7. Acropora echinata
Kingdom : Animalia
Phylum
: Cnidaria
Class
: Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies :
Acropora echinata
Acropora echinata
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentik tabung bercabang yang menyerupai tentakel.
Warna : Coklat, kuning, putih.
Distribusi : Indo-Pasifik barat.
Habitat : Perairan dangkal yang hangat.
Ciri-ciri : Koloni berbentik tabung bercabang yang menyerupai tentakel.
Warna : Coklat, kuning, putih.
Distribusi : Indo-Pasifik barat.
Habitat : Perairan dangkal yang hangat.
8. Acropora humilis
Kingdom : Animalia
Phylum
: Cnidaria
Class
: Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
Family
: Acroporidae
Genus
: Acropora
Spesies : Acropora humilis
Acropora humilis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk jari-jari pipih bercabang.
Warna : Ungu, merah muda.
Distribusi : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat : Perairan dangkal, ada juga di lereng karang.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk jari-jari pipih bercabang.
Warna : Ungu, merah muda.
Distribusi : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat : Perairan dangkal, ada juga di lereng karang.
9. Acropora cytherea
Kingdom : Animalia
Phylum
: Cnidaria
Class
: Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
Family
: Acroporidae
Genus
: Acropora
Spesies
: Acropora
cytherea
Acropora cytherea
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk meja datar dengan struktur yang padat halus.
Warna : Krem, coklat, biru.
Distribusi : Indo-Pasifik barat.
Habitat : Perairan tenang, atas dan bawah lereng karang.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk meja datar dengan struktur yang padat halus.
Warna : Krem, coklat, biru.
Distribusi : Indo-Pasifik barat.
Habitat : Perairan tenang, atas dan bawah lereng karang.
10. Siderastrea sidereal
Kingdom : Animalia
Phylum
: Cnidaria
Class
: Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
Family
: Siderastreidae
Genus
: Siderastrea
Spesies
: Siderastrea sidereal
Siderastrea sidereal
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 7-14 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk batu bulat besar.
Warna : Coklat keemasan, abu-abu.
Distribusi : Perairan Indonesia, Karibia.
Habitat : Perairan dangkal yang jernih.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk batu bulat besar.
Warna : Coklat keemasan, abu-abu.
Distribusi : Perairan Indonesia, Karibia.
Habitat : Perairan dangkal yang jernih.
D. Faktor-Faktor
Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem terumbu karang
· Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C.
· Salinitas
Terumbu
karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang tetap di
atas 30 ‰ tetapi di bawah 35 ‰ Umumnya terumbu karang tidak berkembang di
perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar,
karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas
(Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah
bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.
· Cahaya dan Kedalaman
Kedua
faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh
zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang
hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan
umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk
karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan
intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
· Kecerahan
Faktor
ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti
penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang
tinggi pula.
· Gelombang
Gelombang
merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak
struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya
terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi
gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan
membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.
· Arus
Faktor
arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien
dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae,
sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu
karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.
·
Sedimen
Karang
umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan faktor pembatas
yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok untuk hewan ini.
E. Penghuni
Terumbu karang
1. Tumbuh-
tumbuhan
Ganggang
(alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar dan beraneka ragam
yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik. Mereka adalah produsen
primer, seperti yang telah diterangkan, mampu menangkap energi surya dan
mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya dengan
menyimpan energi.Lamun adalah salah satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu
karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap sedimen.
2. Avertebrata
Hewan
karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama dari dunia hewan
yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum Cnidaria itu dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan Anthozoa.
Berbagai
jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan memiliki ukuran kecil dan
tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan oleh hewan
secara alami, yang disebut bioerosi, dari batuan kapur menjadi pecahan
kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi.
Crustacea
merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda yang hidup dalam
terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang, lobster dan
udang karang.
Banyak
hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hewan lain di terumbu
karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu dan kepiting;
udang pembersih dengan beberapa ikan; atau udang kecil bwarna dengan anemone.
Molusca
menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu yang merupakan penyumbang
penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan
penting di dalam jaringan makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga
menjadi dasar bagi perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama
perikanan kerang dan cumi- cumi.
Echinodermata
adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang dan
padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari sepon,
teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu karang dan memakan
alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia barangkali
yang menjadi pemangsa yang rakus.
3. Ikan
Karang
Ikan karang terbagi
dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
(1) ikan target
yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti
Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;
(2) kelompok jenis
indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan
terumbu karang di suatu perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan
(3) kelompok ikan
yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui
seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae,
Muliidae, Apogonidae (Adrim, 1993).
Banyak ikan yang
mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari ikan-ikan tersebut
keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat perlindungan. Batas wilayah
ikan tersebut didasarkan pada pasokan makananan, keberadaan predator, daerah
tempat hidup, dan daerah pemijahan.
4.
Reptilia
Reptiilia yang
terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok yaitu, ular laut dan
penyu. Dua klompok ini terancam punah. Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu
terutama untuk telurnya.
F.
Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
karena terumbu karang mempunyai
fungsi dan manfaat serta arti yang amat penting bagi kehidupan manusia baik
segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan pariwisata dan manfaat serta
terumbu karang adalah:
– Warnanya yang indah dan bentuknya
yang unik, membuat terumbu karang bisa dijadikan aset wisata bahari.
– Terumbu karang juga sebagai salah
satu sumber obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.
– Tempat berlindung hewan-hewan dalam
habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut
laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput
laut, cumi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber
makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.
– Sebagai pelindung pantai dari erosi
dan abrasi.
G. Faktor-Faktor
yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang
kaya akan keanekaragaman hayati nya termasuk di laut. Karena Indonesia termasuk
negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting
yaitu terumbu karang, kini mulai rusak. Hal ini disebabkan oleh :
a. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur
dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah
(erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang
tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
b. Aliran air tawar
Aliran air tawar
yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal dari
pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya
mengalir ke wilayah terumbu karang.
c. Berbagai jenis
limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa
berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan,
pabrik, pertambangan dan perminyakan.
d. Pemanasan suhu
bumi
Pemanasan suhu bumi
dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2
diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan
naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring
dengan perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi
terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
e. Uji coba senjata
militer
Pengujian bahan
peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir
menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga
ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan
genetis (mutasi) biota laut.
f. Cara tangkap yang
merusak
Cara tangkap yang
merusak antara lain penggunaan muro-ami, racun dan bahan peledak.
g. Penambangan dan
pengambilan karang
Pengambilan dan
penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan. Penambangan karang
berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah terumbu
menjadi gurun pasir bawah air.
h. Penambatan
jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan
wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar
yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang
sangat merusak koloni karang.
i. Serangan bintang
laut berduri
Bintang laut berduri
adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi
duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni
karang, untuk kemudian mencerna dan membungkus polip-polip karang
dipermukaan koloni tersebut.
H. Cara
Melestarikan Terumbu Karang
- Jangan membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang diawetkan, kerang-kerang besar dan lainya
- Jangan menyentuh, berdiri di atas karang, atau mengumpulkan karang ketika sedang bermain di laut atau snorkeling
- Pada saat menyelam, perhatikan gerakan fin, tabung, dan alat selam lainnya, jangan sampai membentur karang
- Jika kalian memiliki akuarium air laut, pastikan untuk membeli ikan-ikan yang tidak ditangkap dengan menggunakan racun
I. Metodologi
Pengambilan Sampel Terumbu Karang
Beberapa
metode yang umum digunakan oleh peneliti dalam menggambarkan kondisi terumbu
karang adalah:
1.
Metode Transek Garis
2.
Metode Transek Kuadrat
3.
Metode Manta Tow
4.
Metode Transek Sabuk (Belt transect)
Berikut
akan kita coba menjelaskan secara ringkas masing-masing metode tersebut:
1.
Metode Transek garis
- Prinsip: menggunakan suatu garis transek yang diletakan diatas koloni karang.
- Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus atau spesies.
- Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan keterwakilan komunitas karang di suatu pulau. Biasanya penentuan ini dilakukan setelah dilakukan pemantauan dengan metode Manta Tow.
- Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis bawah air, tas nilon, palu dan pahat untuk mengambil sampel karang yang belum bisa diidentifikasi, dan kapal.
Garis
transek dimulai dari kedalaman dimana masih ditemukan terumbu karang batu (± 25
m) sampai di daerah pantai mengikuti pola kedalaman garis kontur. Umumnya
dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 3 m, 5 m dan 10 m, tergantung keberadaan
karang pada lokasi di masing-masing kedalaman. Panjang transek digunakan 30 m
atau 50 m yang penempatannya sejajar dengan garis pantai pulau.
Pengukuran
dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati centimeter. Dalam penelitian ini
satu koloni dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis yang sama
dipisahkan oleh satu atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup
dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di
atas koloni yang lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai koloni
yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan
digunakan untuk menganalisa kelimpahan jenis. Kondisi dasar dan kehadiran
karang lunak, karang mati lepas atau masif dan biota lain yang ditemukan di
lokasi juga dicatat.
Cara
pemasangan Transek garis (LIT)
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Akurasi data dapat diperoleh dengan
baik
|
Membutuhkan tenaga peneliti yang
banyak
|
Data yang diperoleh lebih banyak dan
lebih baik seperti struktur komunitas seperti persentase tutupan karang
hidup/karang mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran
koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh
|
Dituntut keahlian peneliti dalam
identifikasi karang, minimal life form dan sebaliknya genus atau spesies
|
Struktur komunitas biota yang
berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat disajikan dengan baik
|
Survei membutuhkan waktu yang lama
|
Peneliti dituntut sebagai penyelam
yang baik
|
|
Biaya yang dibutuhkan juga relatif
lebih besar
|
2.
Metode Transek Kuadrat (Quadrat Transek)
Metoda
transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu
perairan. Pada survei karang, pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi,
pertumbuhan, tingkat kematian dan rekruitmen karang di suatu lokasi yang
ditandai secara permanen. Survei biasanya dimonitoring secara rutin. Pengamatan
didukung dengan pengambilan underwater photo sesuai dengan ukuran kuadrat yang
ditetapkan sebelumnya. Pengamatan laju sedimentasi juga sangat diperlukan untuk
mendukung data tentang laju pertumbuhan dan tingkat kematian karang yang
diamati.
- Peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan sudah dibagi setiap 10 cm, kaliper, GPS dan underwater camera.
- Data yang diperoleh dengan metoda ini adalah persentase tutupan relatif, jumlah koloni, frekuensi relatif dan keanekaragaman jenis.
Kelebihan
|
Kekurangan
|
|
|
3.
Metode Manta Tow
Metode
Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di
belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung
antara perahu dengan pengamat (Gambar 1). Dengan kecepatan perahu yang tetap
dan melintas di atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan
melihat beberapa obyek yang terlintas serta nilai persentase penutupan karang
hidup (karang keras dan karang lunak) dan karang mati.
Teknik
Manta Taw
- Peralatan yang Digunakan
Untuk
melakukan pengamatan terumbu karang dengan menggunakan metode Manta Tow ini
diperlukan peralatan sebagai berikut :
Kaca
mata selam (masker), Alat bantu pernapasan di permukaan air (snorkel), Alat
bantu renang di kaki (fins), Perahu bermotor (minimal 5 PK), Papan manta (manta
board) yang berukuran panjang 60 cm, lebar 40cm, dan tebal 2 cm, Tali yang
panjangnya 20 meter dan berdiameter 1 cm, Pelampung kecil, Papan plastik
putih yang permukaannya telah dikasarkan dengan kertas pasir, Pensil, Penghapus,
Stop watch/jam, Global Positioning System (GPS)
- Prosedur Umum Manta Tow
Pengamat
ditarik di antara rataan terumbu karang dan tubir (reef edge), dengan kecepatan
yang tetap yaitu antara 3 ‐
5 km/jam atau seperti orang yang berjalan lambat. Bila ada faktor lain yang
menghambat seperti arus perairan yang kencang maka kecepatan perahu dapat
ditambah sesuai dengan tanda dari si pengamat yang berada di belakang perahu.
Pengamatan terumbu karang dilakukan selama 2 menit, kemudian berhenti beberapa
saat untuk memberikan waktu bagi pengamat mencatat data beberapa kategori yang
terlihat selama 2 menit pengamatan tersebut ke dalam tabel data yang tersedia
di papan manta. Setelah mendapat tanda dari pengamat maka pengamatan
dilanjutkan lagi selama 2 menit, begitu seterusnya sampai selesai pada batas
lokasi terumbu karang yang diamati.
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Mudah dipraktikan
|
Survey secara tidak sengaja dapat
dilakukan pada lokasi diluar terumbu karang
|
Biaya yang dibutuhkan tidak terlalu
mahal
|
Kemungkinan ada objek yang terlewatkan
|
4.
Metode Transek Sabuk (BELT TRANSECT)
Transek
sabuk digunakan untuk mengambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang
mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu
misalnya karang dari genus Fungia. Metoda ini bisa juga untuk mengetahui
keberadaan karang hias (jumlah koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) di
suatu daerah terumbu karang.
Panjang
transek yang digunakan ada 10 m dan lebar satu m, pengamatan keberadaan karang
hias yang pernah dilakukan oleh lembaga ICRWG (Indonesia Coral Reef Working
Group) menggunakan panjang transek 30 m dan lebar dua meter (satu m sisi kiri
dan kanan meteran transek). Pencatatan dilakukan pada semua individu yang
menjadi tujuan penelitian, yang berada pada luasan transek.
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Pencatatan data jumlah individu lebih
teliti
|
Waktu yang dibutuhkan cukup lama
|
Data yang diperoleh mempunyai akurasi
yang cukup tinggi dan dapat menggambarkan struktur populasi karang
|
Membutuhkan keahlian untuk
mengidentifikasi karang secara langsung dan dibutuhkan penyelaman yang baik
|
E.
Cara Melestarikan Terumbu Karang
- Jangan membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang diawetkan, kerang-kerang besar dan lainya
- Jangan menyentuh, berdiri di atas karang, atau mengumpulkan karang ketika sedang bermain di laut atau snorkeling
- Pada saat menyelam, perhatikan gerakan fin, tabung, dan alat selam lainnya, jangan sampai membentur karang
- Jika kalian memiliki akuarium air laut, pastikan untuk membeli ikan-ikan yang tidak ditangkap dengan menggunakan racun.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Seiring
dengan perkembangan zaman semakin kritis kondisi Bahasa Jawa. Tatanan
penggunaan bahasa dan unggah – ungguh telah berkurang. Hampir lebih dari
masyarakat muda Jawa sekarang tidak mengerti bahasa tata krama. Ini disebabkan
pendidikan orang tua yang kurang kepada anaknya dan penggunaan yang lebih
sering didengar (umum) adalah bahasa sehari – hari tidak lagi digunakan
tingkatan sosial dalam bahasa pengucapan yang dipergunakan. Faktor lain karena
pendidikan bahasa jawa dalam sekolah tak lagi optimal dan bahkan dalam sejumlah
sekolah modern telah ditiadakan pelajaran bahasa jawa. Jika ditelaah kembali dalam
bahasa jawa itu terdapat sebuah tatanan penghormatan kepada orang yang diajak
bicara dan budi pekerti yang luhur bagi orang yang berbicara. Dan tim penyusun
menyarankan agar bahasa jawa tetap dijaga keutuhannya karena bahasa jawa juga
termasuk dalam kebudayaan Indonesia yang perlu dilestarikan dan dijaga
keasliannya.
Komentar
Posting Komentar