MAKALAH TERUMBUH KARANG


PERSEBARAN, TEMPAT HIDUPAN DAN JENIS TERUMBU KARANG
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan gagasan kreatif yang disusun secara komprehensif dan menggunakan data akurat (terpercaya), analisis secara runtut, tajam dan diakhiri dengan kesimpulan yang relevan. Adapun maksud serta tujuan tim penyusun melakukan studi pustaka ini antara lain:
1.      Mempertemukan ilmu yang tim penyusun peroleh di  perkuliahan yang lebih banyak bersifat teori dan memiliki korelasi dengan kenyataan kehidupan di masyarakat.
2.      Untuk lebih mengetahui dan memahami ekosistem terumbu karang.
3.      Agar dapat melestarikan terumbu karang.

B.     Batasan masalah

Pada makalah ini kami hanya akan membahas ekosistem terumbu karang di Indonesia.

C.     Rumusan Masalah

1.      Apa itu terumbu karang?
2.      Apa saja jenis dari terumbu karang?
3.      Apa saja yang menghuni terumbu karang?
4.      Apa manfaat dari terumbu karang?
5.      Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan ekosistem terumbu karang?
6.      Apa faktor yang dapat merusak terumbu karang?
7.      Bagaimana cara melestarikan terumbu karang?

D.    Tujuan Pemilihan Judul

Tujuan pemilihan judul adalah untuk mengadakan pemilihan judul dalam penulisan makalah ini, adapun tujuan sebagai berikut :.
1.      Mengetahui bagaimana ekosistem terumbu karang.
2.      Mengetahui manfaat terumbu karang.
3.      Menambah pengetahuan dan perkembangan daya pikir tim penyusun dalam menulis makalah ini.
4.      Menunjukkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ekosistem terumbu karang.

E.     Manfaat Penelitian

Studi pustaka di atas diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi tim penyusun untuk mengetahui ekosistem terumbu karang.












KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya kepada tim penyusun atas tersusunnya makalah ini dengan judul “EKOSISTEM TERUMBU KARANG“  yang sederhana ini.
Sebelum tim penyusun menjabarkan tentang makalah ini yang bertema “EKOSISTEM TERUMBU KARANG“ maka perkenankanlah  tim penyusun menyampaikan terima kasih pada :

1.      Bapak Muhammad Amien selaku pembimbing dan pengajar dalam mata kuliah Ekologi Laut Tropis yang selalu memberi bimbingan dalam rangka pembuatan makalah ini.
2.      Kedua orang tua tim penyusun yang senantiasa memberikan dorongan dan doa.
3.      Rekan – rekan yang tidak bisa tim penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu tim penyusun demi kelancaran penyusunan makalah ini.

Atas jasa rekan – rekan semoga mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Tim penyusun yakin bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat tim penyusun harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi tim penyusun dan pembaca.
Tarakan, 31 Mei 2011
Tim Penyususn




ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. …......... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar isi.................................................................................................................. iii
Bab I               PENDAHULUAN ………………………………………...………1
a.Latar Belakang masalah...................................................................... 1
b.Batasan masalah................................................................................ 1
c.Rumusan masalah............................................................................... 1
d.Tujuan penelitian................................................................................. 2
e.Manfaat penelitian............................................................................... 2
Bab II  EKOSISTEM TERUMBU KARANG ..……………………….....………..3
A. Pengertian Terumbu Karang.............................................................. 3
B. Tipe Terumbu Karang ................................................................... 8-9
C. Spesies Terumbu Karang dan Klasifikasinya............................... 10-11
D. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan
Ekosistem terumbu karang............................................................... 11-14
E.     Penghuni Terumbu karang
F.      Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
G.    Faktor-Faktor yang Merusak Terumbu Karang
H.    Cara Melestarikan Terumbu Karang
I.       Metodologi Pengambilan Sampel Terumbu Karang
Bab III            PENUTUP ….……………………………………………………18
A.Kesimpulan .................................................................................... 18
B.Saran ............................................................................................. 18
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 19


iii
BAB II
PEMBAHASAN
EKOSISTEM TERUMBU KARANG

A.    Pengertian Terumbu karang

Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-30C.
Polip karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat lembut.
Zooxanthellae adalah alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang batu. Zooxanthelae dan karang memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Zooxanthellae menyediakan makanan untuk polip karang melalui  proses memasak yang disebut fotosintesis, sedangkan polip karang menyediakan tempat tinggal yang aman dan terlindung untuk zooxanthellae

B.     Tipe – Tipe Terumbu Karang

Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah:

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar.  Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau.  Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.  Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh:  Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter.  Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)


Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan).

Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas.  Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar.  Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

C.     Spesies terumbu karang dan klasifikasinya
a.      Acropora cervicornis
Kingdom   : Animalia
Phylum      : Cnidaria
Class          : Anthozoa
Ordo          : Scleractinia
Family       : Acroporidae
Genus        : Acropora
Spesies      : Acropora cervicornis


Acropora cervicornis
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri            : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna              : Coklat muda.
Kemiripan       : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi         : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman.
Habitat            : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.

b.      Acropora acuminata
Kingdom   : Animalia
Phylum      : Cnidaria
Class          : Anthozoa
Ordo          : Scleractinia
Family       : Acroporidae
Genus        : Acropora
Spesies      : Acropora acuminata

Acropora acuminata
Kedalaman   : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri         : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna           :Birumuda atau coklat.
Kemiripan    : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi      : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat      : Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.

c.       Acropora micropthalma
Kingdom : Animalia
Phylum    : Cnidaria
Class        : Anthozoa
Ordo        : Scleractinia
Family      : Acroporidae
Genus      : Acropora
Spesies     : Acropora micropthalma

Acropora micropthalma
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri            : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna              : Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan       : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi         : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.
Habitat                        : Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.

4. Acropora millepora
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                : Anthozoa
Ordo                : Scleractinia
Family             : Acroporidae
Genus              : Acropora
Spesies            : Acropora millepora

Acropora millepora
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri            : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna              : Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan       : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi         : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.
Habitat                        : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.

5. Acropora palmate
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                : Anthozoa
Ordo                : Scleractinia
Family             : Acroporidae
Genus              : Acropora
Spesies             : Acropora palmate

Acropora palmatae
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 5-20 meter.
Ciri-ciri            : Koloni berbentuk cabang besar menyerupai tanduk rusa.
Warna              : Umumnya berwarna coklat muda sampai coklat kekuningan.
Distribusi         : Tersebar di Perairan Indonesia, Karibia, dan Bahama.
Habitat                        : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.

6. Acropora hyacinthus
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                : Anthozoa
Ordo                : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies              : Acropora hyacinthus

Acropora hyacinthus

Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 15-35 meter.
Ciri-ciri            : Koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus di permukaan.
Warna              : Coklat, hijau, merah muda.
Distribusi         : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat             : Umumnya di lereng karang.

7. Acropora echinata
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                : Anthozoa
Ordo                : Scleractinia
Family             : Acroporidae
Genus              : Acropora
Spesies            : Acropora echinata

Acropora echinata
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri            : Koloni berbentik tabung bercabang yang menyerupai tentakel.
Warna              : Coklat, kuning, putih.
Distribusi         : Indo-Pasifik barat.
Habitat            : Perairan dangkal yang hangat.

8. Acropora humilis
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                : Anthozoa
Ordo                : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies            : Acropora humilis

Acropora humilis
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri            : Koloni berbentuk jari-jari pipih bercabang.
Warna              : Ungu, merah muda.
Distribusi         : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat            : Perairan dangkal, ada juga di lereng karang.

9. Acropora cytherea
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                : Anthozoa
Ordo                : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora cytherea

Acropora cytherea
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri            : Koloni berbentuk meja datar dengan struktur yang padat halus.
Warna              : Krem, coklat, biru.
Distribusi         : Indo-Pasifik barat.
Habitat            : Perairan tenang, atas dan bawah lereng karang.

10. Siderastrea sidereal
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                : Anthozoa
Ordo                : Scleractinia
Family              : Siderastreidae
Genus               : Siderastrea
Spesies              : Siderastrea sidereal

Siderastrea sidereal
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 7-14 meter.
Ciri-ciri            : Koloni berbentuk batu bulat besar.
Warna              : Coklat keemasan, abu-abu.
Distribusi         : Perairan Indonesia, Karibia.
Habitat            : Perairan dangkal yang jernih.

D.    Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem terumbu karang
·         Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C.
·         Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang tetap di atas 30 ‰ tetapi di bawah 35 ‰ Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.
·         Cahaya dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
·         Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.
·         Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.
·         Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.
·         Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok untuk hewan ini.

E.     Penghuni Terumbu karang
1.   Tumbuh- tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik. Mereka adalah produsen primer, seperti yang telah diterangkan, mampu menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah salah satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap sedimen.
2.   Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan Anthozoa.
Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan memiliki ukuran kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari  batuan kapur menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi.
Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang, lobster dan udang  karang.
Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hewan lain di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan; atau udang kecil bwarna dengan anemone.
Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan cumi- cumi.
Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari sepon, teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu karang dan memakan alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia barangkali yang menjadi pemangsa yang rakus.
3.   Ikan Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
(1) ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;
(2) kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan
(3) kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae (Adrim, 1993).
Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan makananan, keberadaan predator, daerah tempat hidup, dan daerah pemijahan.
4.         Reptilia
Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok yaitu, ular laut dan penyu. Dua klompok ini terancam punah. Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.

F.      Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
karena terumbu karang mempunyai fungsi dan manfaat serta arti yang amat penting bagi kehidupan manusia baik segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan pariwisata dan manfaat serta terumbu karang adalah:
     Warnanya yang indah dan bentuknya yang unik, membuat terumbu karang bisa dijadikan aset wisata bahari.
     Terumbu karang juga sebagai salah satu sumber obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.
     Tempat berlindung hewan-hewan dalam habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, cumi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.
     Sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi.
     Untuk sumber lapangan kerja.
G.    Faktor-Faktor yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati nya termasuk di laut. Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, kini mulai rusak. Hal ini disebabkan oleh :
a. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi)  yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
b. Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
c. Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.
d. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan  perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
e. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
f. Cara tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami, racun dan bahan peledak.
g. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
h. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.
i. Serangan bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan membungkus  polip-polip karang dipermukaan koloni tersebut.
H.    Cara Melestarikan Terumbu Karang
  • Jangan membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang diawetkan, kerang-kerang besar dan lainya
  • Jangan menyentuh, berdiri di atas karang, atau mengumpulkan karang ketika sedang bermain di laut atau snorkeling
  • Pada saat menyelam, perhatikan gerakan fin, tabung, dan alat selam lainnya, jangan sampai membentur karang
  • Jika kalian memiliki akuarium air laut, pastikan untuk membeli ikan-ikan yang tidak ditangkap dengan menggunakan racun
I.       Metodologi Pengambilan Sampel Terumbu Karang
Beberapa metode yang umum digunakan oleh peneliti dalam menggambarkan kondisi terumbu karang adalah:
1. Metode Transek Garis
2. Metode Transek Kuadrat
3. Metode Manta Tow
4. Metode Transek Sabuk (Belt transect)
Berikut akan kita coba menjelaskan secara ringkas masing-masing metode tersebut:
1.      Metode Transek garis
  • Prinsip: menggunakan suatu garis transek yang diletakan diatas koloni karang.
  • Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus atau spesies.
  • Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan keterwakilan komunitas karang di suatu pulau. Biasanya penentuan ini dilakukan setelah dilakukan pemantauan dengan metode Manta Tow.
  • Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis bawah air, tas nilon, palu dan pahat untuk mengambil sampel karang yang belum bisa diidentifikasi, dan kapal.
Garis transek dimulai dari kedalaman dimana masih ditemukan terumbu karang batu (± 25 m) sampai di daerah pantai mengikuti pola kedalaman garis kontur. Umumnya dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 3 m, 5 m dan 10 m, tergantung keberadaan karang pada lokasi di masing-masing kedalaman. Panjang transek digunakan 30 m atau 50 m yang penempatannya sejajar dengan garis pantai pulau.
Pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati centimeter. Dalam penelitian ini satu koloni dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis yang sama dipisahkan oleh satu atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan untuk menganalisa kelimpahan jenis. Kondisi dasar dan kehadiran karang lunak, karang mati lepas atau masif dan biota lain yang ditemukan di lokasi juga dicatat.

Cara pemasangan Transek garis (LIT)
Kelebihan
Kekurangan
Akurasi data dapat diperoleh dengan baik
Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak
Data yang diperoleh lebih banyak dan lebih baik seperti struktur komunitas seperti persentase tutupan karang hidup/karang mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh
Dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang, minimal life form dan sebaliknya genus atau spesies
Struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat disajikan dengan baik
Survei membutuhkan waktu yang lama

Peneliti dituntut sebagai penyelam yang baik

Biaya yang dibutuhkan juga relatif lebih besar
2. Metode Transek Kuadrat (Quadrat Transek)
Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu perairan. Pada survei karang, pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi, pertumbuhan, tingkat kematian dan rekruitmen karang di suatu lokasi yang ditandai secara permanen. Survei biasanya dimonitoring secara rutin. Pengamatan didukung dengan pengambilan underwater photo sesuai dengan ukuran kuadrat yang ditetapkan sebelumnya. Pengamatan laju sedimentasi juga sangat diperlukan untuk mendukung data tentang laju pertumbuhan dan tingkat kematian karang yang diamati.
  • Peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan sudah dibagi setiap 10 cm, kaliper, GPS dan underwater camera.
  • Data yang diperoleh dengan metoda ini adalah persentase tutupan relatif, jumlah koloni, frekuensi relatif dan keanekaragaman jenis.
Kelebihan
Kekurangan
  • Data yang diperoleh lengkap dengan mengambar posisi biota yang ditemukan pada kuadrat, dengan bantuan underwater photo
  • Sumber informasi yang bagus dalam pemantauan laju pertumbuhan, tingkat kematian, laju rekruitmen
  • Proses kerjanya lambat dan membutuhkan waktu lebih lama.
  • Peralatan yang digunakan tidak praktis dan susah bekerja pada lokasi yang berarus
  • Metode ini cocok hanya pada luasan perairan yang kecil
  • Sedimen trap tidak bisa ditinggal dalam waktu lama dan tidak efektif pada daerah yang berarus
3. Metode Manta Tow
Metode Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara perahu dengan pengamat (Gambar 1). Dengan kecepatan perahu yang tetap dan melintas di atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat beberapa obyek yang terlintas serta nilai persentase penutupan karang hidup (karang keras dan karang lunak) dan karang mati.

Teknik Manta Taw
  • Peralatan yang Digunakan
Untuk melakukan pengamatan terumbu karang dengan menggunakan metode Manta Tow ini diperlukan peralatan sebagai berikut :
Kaca mata selam (masker), Alat bantu pernapasan di permukaan air (snorkel), Alat bantu renang di kaki (fins), Perahu bermotor (minimal 5 PK), Papan manta (manta board) yang berukuran panjang 60 cm, lebar 40cm, dan tebal 2 cm, Tali yang panjangnya 20 meter dan berdiameter 1 cm,  Pelampung kecil, Papan plastik putih yang permukaannya telah dikasarkan dengan kertas pasir, Pensil, Penghapus, Stop watch/jam, Global Positioning System (GPS)
  • Prosedur Umum Manta Tow
Pengamat ditarik di antara rataan terumbu karang dan tubir (reef edge), dengan kecepatan yang tetap yaitu antara 3 5 km/jam atau seperti orang yang berjalan lambat. Bila ada faktor lain yang menghambat seperti arus perairan yang kencang maka kecepatan perahu dapat ditambah sesuai dengan tanda dari si pengamat yang berada di belakang perahu. Pengamatan terumbu karang dilakukan selama 2 menit, kemudian berhenti beberapa saat untuk memberikan waktu bagi pengamat mencatat data beberapa kategori yang terlihat selama 2 menit pengamatan tersebut ke dalam tabel data yang tersedia di papan manta. Setelah mendapat tanda dari pengamat maka pengamatan dilanjutkan lagi selama 2 menit, begitu seterusnya sampai selesai pada batas lokasi terumbu karang yang diamati.
Kelebihan
Kekurangan
Mudah dipraktikan
Survey secara tidak sengaja dapat dilakukan pada lokasi diluar terumbu karang
Biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal
Kemungkinan ada objek yang terlewatkan
4. Metode Transek Sabuk (BELT TRANSECT)
Transek sabuk digunakan untuk mengambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya karang dari genus Fungia. Metoda ini bisa juga untuk mengetahui keberadaan karang hias (jumlah koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) di suatu daerah terumbu karang.
Panjang transek yang digunakan ada 10 m dan lebar satu m, pengamatan keberadaan karang hias yang pernah dilakukan oleh lembaga ICRWG (Indonesia Coral Reef Working Group) menggunakan panjang transek 30 m dan lebar dua meter (satu m sisi kiri dan kanan meteran transek). Pencatatan dilakukan pada semua individu yang menjadi tujuan penelitian, yang berada pada luasan transek.
Kelebihan
Kekurangan
Pencatatan data jumlah individu lebih teliti
Waktu yang dibutuhkan cukup lama
Data yang diperoleh mempunyai akurasi yang cukup tinggi dan dapat menggambarkan struktur populasi karang
Membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi karang secara langsung dan dibutuhkan penyelaman yang baik

E.     Cara Melestarikan Terumbu Karang
  • Jangan membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang diawetkan, kerang-kerang besar dan lainya
  • Jangan menyentuh, berdiri di atas karang, atau mengumpulkan karang ketika sedang bermain di laut atau snorkeling
  • Pada saat menyelam, perhatikan gerakan fin, tabung, dan alat selam lainnya, jangan sampai membentur karang
  • Jika kalian memiliki akuarium air laut, pastikan untuk membeli ikan-ikan yang tidak ditangkap dengan menggunakan racun.














BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

B.       SARAN
Seiring dengan perkembangan zaman semakin kritis kondisi Bahasa Jawa. Tatanan penggunaan bahasa dan unggah – ungguh telah berkurang. Hampir lebih dari masyarakat muda Jawa sekarang tidak mengerti bahasa tata krama. Ini disebabkan pendidikan orang tua yang kurang kepada anaknya dan penggunaan yang lebih sering didengar (umum) adalah bahasa sehari – hari tidak lagi digunakan tingkatan sosial dalam bahasa pengucapan yang dipergunakan. Faktor lain karena pendidikan bahasa jawa dalam sekolah tak lagi optimal dan bahkan dalam sejumlah sekolah modern telah ditiadakan pelajaran bahasa jawa. Jika ditelaah kembali dalam bahasa jawa itu terdapat sebuah tatanan penghormatan kepada orang yang diajak bicara dan budi pekerti yang luhur bagi orang yang berbicara. Dan tim penyusun menyarankan agar bahasa jawa tetap dijaga keutuhannya karena bahasa jawa juga termasuk dalam kebudayaan Indonesia yang perlu dilestarikan dan dijaga keasliannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SINOPSIS ANAK PERAWAN DISARANG PENYAMUN

Asiknya Belajar dan main di TBM-Rumah Baca Taka