HAKIKAT CINTA
Cinta Dunia,
Takut Mati
Rasulullah
saw. bersabda: “Akan datang suatu masa,
dalam waktu dekat, ketika bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam) bersatu-padu
mengalahkan (memperebutkan) kalian. Mereka seperti gerombolan orang rakus yang
berkerumun untuk berebut hidangan makanan yang ada di sekitar mereka”. Salah
seorang shahabat bertanya: “Apakah karena kami (kaum Muslimin) ketika itu
sedikit?” Rasulullah menjawab: “Tidak!
Bahkan kalian waktu itu sangat banyak jumlahnya. Tetapi kalian bagaikan buih di
atas lautan (yang terombang-ambing). (Ketika itu) Allah telah mencabut rasa
takut kepadamu dari hati musuh-musuh kalian, dan Allah telah menancapkan di
dalam hati kalian ‘wahn’”.
Seorang shahabat Rasulullah bertanya: “Ya
Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ‘wahn’ itu?” Dijawab oleh Rasulullah saw.: “Cinta kepada dunia dan takut (benci) kepada mati”. (At
Tarikh Al Kabir, Imam Bukhori; Tartib
Musnad Imam Ahmad XXIV/31-32; “Sunan
Abu Daud”, hadis No. 4279).
Hadis ini amat tepat untuk menggambarkan
situasi dan kondisi kaum muslimin saat ini. Ada dua penyakit yang mendera kaum
muslimin. Pertama, adalah cinta dunia. Dan yang kedua adalah takut mati. Dua
penyakit inilah yang telah membuat kaum muslimin miskin kreativitas dan
inovasinya dalam mengembangkan Islam. Sibuk dalam urusan mengejar dunia dan
sekaligus takut mati. Betapa banyak dari kita yang enggan melepaskan kehidupan
duniawi dan kenikmatan-kenikmatannya. Senantiasa mengejar gemerlap duniawi yang
menyilaukan. Karir, bisnis, dan harta kerap menjadi ukuran kesuksesan seseorang
dalam kehidupannya. Bersamaan dengan itu, saking cintanya kepada dunia, kaum
muslimin mudah dihinggapi penyakit takut akan kematian.
Dua
penyakit ini memang ibarat saudara kembar. Tak mungkin dipisahkan satu sama
lain. Artinya bila seseorang terkena penyakit cinta dunia, pasti ia pun
menderita penyakit takut mati. Satu sama lain saling mengisi. Dunia yang
dijadikan sebagai arena mengukur keberhasilan, akan membawa seseorang menjadi
semacam world oriented. Yang ada di
kepalanya tak jauh dari urusan harta dan kenikmatan-kenikmatan duniawi semata. Bila kecintaan ini terus dipelihara,
tanpa ada aturan yang mengendalikannya, kemungkinan besar ia akan menjadi hamba
harta. Selalu mengukur kesuksesan dari banyaknya materi yang diperoleh.
Tak
bisa dipungkiri, penyakit cinta dunia dan takut mati ternyata sudah lama hadir
dalam kehidupan masyarakat kita. Akumulasi dari penyakit itu telah memunculkan
gejala apriori terhadap ajaran-ajaran
Islam di masyarakat kita. Kewibawaan hukum-hukum Islam tenggelam dalam arus
kemaksiatan global. Betapa tidak, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan,
perzinahan, korupsi, suap-menyuap dan bentuk kemaksiatan lainnya senantiasa
menghiasi kehidupan masyarakat kita. Memudarnya keterikatan kepada al-Qur’an
dan as-Sunnah--yang menjadi pedoman hidup seorang muslim, telah mengantarkan
kaum muslimin menjadi liar. Yang pada gilirannya mudah dimanfaatkan oleh
musuh-musuh Islam karena tak punya pegangan hidup. Meskipun kaum muslimin
mayoritas. Supaya kita tidak terlanjur hanyut dalam arus kesesatan tersebut ada
baiknya kita merenungkan sabda Rasulullah saw: “Telah kutinggalkan kepada kalian dua perkara yang bila kalian
berpegang-teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat untuk
selama-lamanya: (ia adalah) Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” (dalam Al Fathul Kabir II/27) n
Komentar
Posting Komentar